Oleh. Hendra Gunawan, MA
Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan
Setiap perbuatan yang dilakukakan oleh seseorang insan manusia, membawa pengaruh terhadap dirinya sendiri termasuk perbuatan dosa (salah), baik akibat melanggar larangan Allah SWT atau meninggalkan printah-Nya, maupun dikarenakan dosa yang berhubungan dengan sesama manusia. Sebab, semua perbuatan insan manusia akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surah al-Isra’ ayat 7, apabila kamu berbuat baik berarti berbuat baik terhadap dirimu sendiri dan apabila kamu berbuat jahat bararti kamu berbuat ahat terhadap dirimu sendiri pula. Maka siapa yang berbuat zalim (dosa) terhadap orang lain, maka perbuatan zalim tersebut akan kembali kepada pelakunya alias mendapatkan balasan di dunia ini, meskipun balasan tersebut tidak langsung dari orang yang terzalimi bisa jadi dari orang lain. Ibarat kata, siapa yang makan cempedak pasti terkena getahnya. Begitu juga, perbuatan-perbuatan dosa yang pernah dilakukan seseorang insan manusia mengakibatkan beberapa pengaruh pada diri seseorang, antara lain sebagai berikut ;
1. Hati Menjadi Keras dan Gelap
Dosa merupakan noda bagi jiwa atau hati seseorang, apabila seseorang berbuat dosa akan muncul titik hitam di hatinya dan apabila dosanya terus bertambah maka bertambah pula titik hitam itu sehingga titik hitam tersebut dapat menutupi hatinya, sebagaiman sabda Rasulullah SAW sebagai berikut ;
اِنَّ الْمُؤْمِنَ اَذَااَذْنَبَ ذَنْبًا كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءَ فِى قَلْبِهِ … فَإِنْ زَادَتْ حَتّى’ يَغْلِقَ قَلْبَهُ … {رواه احمد}
Artinya:
“sesungguhnya seorang Mukmin apabila berbuat dosa terjadilah suatu titik hitam pada hatinya … apabila bertambah dosanya bertambah pula titik hitam itu sehingga menutupi hatinya.” {HR. Ahmad}
Apabila hati sudah tertutup (gelap), maka hati pun akan mengeras atau mati sehingga sulit menerima kebenaran dan akan terus-menerus berbuat maksiat. Na’ûdzu billâhi min dzâlik. Tidak hanya itu, sebagian ulama juga mengatakan bahwa dosa tidak hanya menggelapkan hati tetapi juga menggelapkan wajah meskipun seseorang pelaku maksiat tampan ataupun cantik tetapi akan kelihatan jelek serta dibenci oleh manusia disebabkan dosa-dosanya.
2. Jauh dari Allah SWT dan Kebenaran
Dikarenakan hati sudah mati atau membeku, maka hatinya pun menjadi buta akan kebenaran, mataya buta melihat kebenaran, telinganya tuli dari mendengar kebenaran, menganggap remeh perbuatan dosa, bahkan mereka bangga dengan maksiat yang mereka lakukan, lalu mereka pun cendrung berbuat maksiat dan menjadi kebiasaan mereka laksana karakter yang sudah mendarah daging dan menempel pada diri mereka, membuat mereka jauh dari rahmat dan hidayah Allah SWT, sebab maksiat adalah merupakan bentuk meremehkan Allah SWT dan menganggap remeh akan azab-Nya.
Atas semua kedurhakaan atau maksiat yang telah mereka lakukan mendatangkan azab bagi mereka, sebagaimana dicantumkan dalam al-Qur’an surah al-Ankabut ayat 40 sebagai berikut :
فَكُلَّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ…{٤٠}
Artinya :
“Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya,” {QS. Al-Ankabut/29:40}
Maka tidak heran apabila para pelaku dosa terus mengalami kegagalan serta hidup dengan penuh kegelisahan. Bahkan dalam satu riwayat disebutkan bahwa seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya. Dan mereka pelaku maksiat, tidak hanya jauh dari Allah SWT tetapi dijauhi oleh insan manusia (masyarakat), karena faktanya orang-orang yang jahat alamat selalu dibenci dan dijauhi semua orang, tidak ada seorang insan mencari orang jahat untuk dijadikan teman, kecuali setan yang ingin selalu berteman dekat dengan orang-orang pelaku dosa.
3. Gangguan Mental
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa yang dinamakan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW ;
وَلْاِثْمُ مَالَمْ تَسْكُنْ اِلَيْهِ النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ اِلَيْهِ الْقُلُوْبُ وَ اِنْ اَفْتَاكَ الْمُفْتُوْنَ. {رواه احمد}
Artinya:
“…dan perebuatan dosa adalah perbuatan yang menjadikan jiwa menjadi goncang dan hati gusar sekalipun kamu mendapat petua atau nasehat dari ahli fatwa.” {HR. Ahmad)
Sekurang-kurangnya si pelaku akan dihantui perasaan bersalah yang tidak dapat dihilangkan, meskipun dapat terlupakan, itu hanya buat sementara waktu saja. Apabila ia teringat sedikit saja maka dengan kejab mata ia akan teringat kembali akan semua kesalahan-kesalahan masa lalunya, sebab manusia yang memiliki akal tidak akan bisa melupakan suatu pristiwa yang dialaminya buat selama-lamanya. Dan pelaku juga akan mengalami konflik di dalam jiwanya yang tidak dapat disembunyikan, sebab setiap teringat akan nostalgia yang baik selalu menyenangkan hati begitu halnya dengan nostalgia yang buruk akan selalu menyedihkan hati seumur hidup. Bahkan apabila perasahan dihantu rasa bersalah dan kegelisahan itu tetap dibiarkan terus menerus tanpa bertaubat maka lambat laun akan mengakibatkan depresi (gangguan kejiwaan).
Hadis di atas, dapat apabila direfleksikan dalam konteks sekarang dimana para koruptor dapat dipastikan bahwa hidupnya tidak akan bahagia, sekalipun bahagia dilihat dari luarnya tetapi di dalamnya tidaklah bahagia karena hidup dengan kecemasan dan ketakutan sebagai imbas dari tindakan salah yang telah dilakukannya.
4. Kesulitan Menghadapi Sakaratul Maut
Lebih dari itu, dosa ataupun kezaliman yang pernah dilakukan seorang hamba membawa pengaruh saat menghadapi sakaratul maut(kematiaan), maka tidak jarang seorang insan manusia saat sekarat (sebelum dicabut nyawanya) berbuat tingkah laku yang aneh-aneh.
Menurut sebagian ulama, bahwa dosa-dosa yang pernah dilakukan seseorang dalam hidupnya akan terkumpul dengan terang dalam ingatannya. Sebab, seluruh penderitaan orang-orang yang pernah dizaliminya dikumpulkan lalu ditimpahkan kepadanya kesulitan dan kesakitan saat menghadapi kematian sekalipun matinya di atas kasur yang empuk ataupun diruangan VIP, sebagaimana digambarkan al-Qur’an surah al-Qiyamah ayat 26 dan 29 sebagai berikut :
اِذَا بَلَغَتِ التَّرَا قِى {٢٦} وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ {٢٩}
Artinya :
“Apabila nafas telah sampai ke kerongkongan”, “dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan)”. {Qs. Al-Qiyamah/75:26 dan 29}
Menurut para mufassir, bertaut betis kiri dan kanan pada ayat di atas dikarenakan hebatnya penderitaan insan manusia di saat menghadapi kematian, terutama orang-orang yang sering melakukan dosa, baik itu dosa enggan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Lebih-lebih kepada orang-orang yang telah berbuat kezaliman kepada sesama insan manusia ataupun orang yang melakukan dosa besar.
Sebenarnya, hati nurani seorang insan manusia sangat menolak semua bentuk kejahatan, secara manusiawi seorang pencuri ulung pun tahu bahwa perbuatan mereka merupakan keji dan salah, selain dari pengakuan mereka saat diintrogasi juga dapat kita lihat dari cara mereka mencuri kenapa harus sembunyi-sembunyi karena mereka tahu perbuatan mereka itu salah. Namun dikarenakan hawa nafsulah yang mendorong insan manusia untuk berbuat dosa atau kejahatan. Sehingga, hati nurani menjadi melemah akibat dosa-dosa yang telah dilakukannya yang pada akhirnya merasa terhukum, menderita, tertekan, dan gelisah.
Bahkan, tidak hanya mempengaruhi diri seorang pelaku dosa sendiri secara individual tapi juga bisa berdampak kolektif atau kepada masyarakat. Seperti bencana banjir luar biasa yang pernah menimpah umat nabi Nuh AS disebabkan karena dosa mereka, bencana angin puting beliung yang meluluhlantakan kaum ‘Ad dikarenakan maksiat mereka, dan bencana hujan batu dari langit yang menghancurkan umat nabi Luth AS juga dikarenakan perbuatan keji mereka.
Penutup
Sesungguhnya, perbuatan dosa yang kita lakukan akan merusak ketenteraman jiwa dan menyengsarakan hidup kita. Sebaliknya, perbuatan baik atau amal saleh yang kita lakukan akan mendatangkan ketentraman jiwa dan kebahagiaan hidup buat kita baik di dunia maupun di akhirat kelak nantinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa perbuatan baik adalah sesuatu yang membuat jiwa tenteram dan hati menjadi tenang ;
اَلْبِرُّ مَاسَكَنَتْ اِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ اِلَيْهِ الْقَلْبُ {رواه احمد}
Artinya:
“Perbuatan baik adalah sesuatu yang membuat jiwa tenteram dan hati menjadi tenang” {HR. Ahmad}.
Bahaya yang paling besar dari dosa, adalah mengundang bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir bandang, krisis moneter dan lain sebagainya sebagaimana firman Allah SWT surah ar-Rum ayat 41, kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Menurut Ibnu Abbas, semua bencana yang terjadi dimuka bumi ini disebabkan oleh dosa-dosa manusia.