Oleh : Isra Yauminnisa
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unsyiah
Bakti sosial atau yang lebih dikenal dengan sebutan baksos merupakan salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusian antar sesama manusia. Bakti sosial merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan terutama oleh kalangan mahasiswa. Dalam perguruan tinggi ada tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Bakti sosial ini sebagai bentuk dari pengabdian atas tri darma perguruan tinggi yang bertujuan untuk mewujudkan rasa cinta, rasa tolong menolong, dan rasa peduli mahasiswa kepada masyarakat yang membutuhkan.
Adapun lokasi baksos yang dipilih yaitu di Desa Puloe. Desa Puloe terletak di Pemukiman Lamteuba, kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Untuk mencapai Desa Puloe jika dari Ibukota Propinsi harus menempuh 66 km, sedangkan dari pusat pemerintahan kabupaten harus menempuh 38 km. Salah satu jalan untuk mencapai Desa Puloe dapat melalui jalan menuju pelabuhan krueng raya. Adapun kondisi jalan sudah beraspal, namun cenderung sempit. Jadi jika menggunakan mobil harus mobil tertentu yang dapat melalui jalan tersebut.
Saat mulai memasuki jalan menuju mukim lamteuba, mobil harus mendaki karena Desa Puloe dan beberapa desa di Mukim Lamteuba berada di kaki Gunung Seulawah. Saat mobil mulai mendaki tampak pemandangan yang sangat indah. Pohon-pohon besar di kiri-kanan jalan, gunung yang terlihat begitu jelas dan dekat, begitu juga dengan pemandangan laut yang sangat cantik walaupun terlihat dari jarak yang jauh.
Setelah melewati 3 km dari jalan utama, kami tiba di Pemukiman Lamteuba. Sebelum tiba di Desa Puloe, kami melewati Desa Lam Teuba Droe terlebih dahulu. Suasana Desa Desa Lam Teuba Droe terlihat sedikit berbeda dengan Desa Puloe. Hal tersebut terlihat pada bentuk rumah di Desa Lam Teuba Droe. Di Desa Lamteuba Droen rumah-rumah banyak yang terbuat dari beton dan semi permanen dan hanya sebagaian kecil rumah Aceh yang terbuat dari kayu. Kondisi ini berbeda dengan rumah-rumah di Desa Puloe yang rata-rata rumah aceh. Perbedaan ini secara tidak langsung menujukkan ada perbedaan pada perekonomian antar warga Desa Lamteuba Droe dengan warga Desa Puloe.
Sistem pemerintahan Desa Puloe terdiri dari keuchik, wakil keuchik, imum mukiem, dan tuhan peut. Keuchik dibantu oleh dua orang wakil keuchik, karena dalam susunan pemerintahan desa belum ada istilah Kepala Dusun, wakil keuchik pada saat itu juga memiliki peran dan fungsi yang sama seperti halnya keuchik yaitu berfungsi sebagai pengikat tatanan sosial kemasyarakatan. Imuem mukim memiliki peranan yang cukup kuat dalam tatanan pemerintahan desa yaitu sebagai penasehat dalam memutuskan sebuah putusan hukum adat.
Sedangkan Tuha Peut berfungsi sebagai lembaga penasehat desa, tuha peut juga sangat berperan dan berwenang dalam memberikan pertimbangan terhadap pengambilan keputusan-keputusan desa, memantau kinerja dan kebijakan yang diambil oleh keuchik. sistem pemerintahan desa ini berasaskan pada pola Adat/Budaya dan peraturan formal yang bersifat umum sejak zaman dahulu.
Warga Desa Puloe umumnya bermata pencaharian sebagai petani, (sawah dan perkebunan). Suasan desa ini agak sepi disiang hari karena warga rata-rata sedang diladang mereka. Warga Desa Puloe juga beternak sapi dan kambing. Desa Puloe merupakan kawasan persawahan irigasi dan Desa Puloe juga memiliki hutan dengan lokasi lahan yang luas, strategis, kondisi tanah yang subur, iklim normal dan kondisi vegetasi alam yang dapat menunjang dan menguntungkan usaha perkebunan dan peternakan.
Namun sangat disayangkan potensi-potensi sumber daya alam yang dimiliki Desa Puloe tidak terlalu berpengaruh dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Tidak jauh dengan ibu kota provinsi tidak membuat Desa Puloe ini terlihat maju. Dalam memanfaatkan sumber daya alam, masyarakat masih menggunakan cara-cara tradisional. tidak ada pengembangan ke arah yang lebih maju yang berdampak pada hasil pertanian.
Banyak cara yang bisa dilakukan agar potensi Desa Puloe ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin seperti mengenalkan inovasi-invosai baru bidang pertanian kepada masyarakat yang berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat Desa Puloe. Ini menjadi PR penting bagi pemerintah maupun mahasiswa yang kelak akan menjadi penerus bangsa untuk membawa perubahan pada Desa Puloe maupun desa-desa lainnya seperti Desa Puloe
Adapun beberapa kegiatan bakti sosial yang dilakukana di Desa Puloe yaitu aksi lingkungan, pendidikan, dan sosialisasi. Aksi lingkungan meliputi pembagian pohon kepada warga, penanaman pohon di sekolah dan di lingkungan mesjid, bersih-bersih di lingkungan Desa Puloe, dan juga meletakkan beberapa tong sampah ditempat yang dibutuhkan. Aksi pelestarian lingkungan ini dilatarbelakangi oleh lingkungan Desa Puloe yang kurang terawat, dan juga rendahnya kesadaran warga desa dalam memelihara kebersihan lingkungan.
Hal tersebut terlihat pada hampir semua halaman rumah warga yang dipenuhi dengan sampah-sampah dedaunan dan bekas sisa makanan anak-anak yang dibuang sembarangan, begitu pula dengan fasilitas umum yaitu mushola yang pada halamnnya tidak hanya didapati sampah jajanan anak-anak melainkan juga didapati kotoran binatang. Selama ini warga membesihkan pekarangan rumahnya hanya dengan menyapu dan ditumpuk dipekarangan rumah tanpa dibuang ataupun dibakar. Maka dari itu dengan meletakkan beberapa tong sampah di beberapa, diharapkan agar Desa Puloe ini terlihat bersih dan rapi. Juga penanaman pohon ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa pohon bukan hanya memberikan rasa asri, melainkan sebagai pencegah banjir, longsor, dll.
Aksi pelestarian lingkungan ini juga didukung dengan kegiatan pendidikan dan sosialisai. Pada kegiatan pendidikan kami memberi pengetahuan kepada anak-anak Desa Puloe dan sekitarnya tentang pentingnya menjaga lingkungan, dimulai dengan hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak tanaman dilingkungan sekolah dll. begitu juga dengan sosialiasi yang sasarannya pada ibu dan bapak warga Desa Puloe yang bertujuan menyadarkan warga untuk menjaga lingkungan, dengan tidak menebang pohon sembarangan karena dapat berpotensi banjir, selalu membersihkan lingkungan, dan terus melakukan penanaman di lingkungan desa.
Banyak pelajaran yang dapat didapatkan dari kegiatan bakti sosial ini khususnya bagi mahasiswa. Bakti sosial ini menyadarkan kami sebagai mahasiswa bahwa menjadi mahasiswa tidak hanya belajar, mengerjakan tugas, meraih IPK tinggi, dll. Mahasiswa memiliki peranan lain yaitu peranan sosial. keberadaan mahasiswa tidak hanya bermanfaat bagi dirinya. Melainkan mahasiswa harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitar. Bakti sosial ini juga menjadi praktik bagi mahasiswa atas ilmu yang didapatkan di perguruan tinggi. Karena di bangku perkuliahan praktik yang dilakukan hanya skala kecil.
Bakti sosial ini menjadi penting dan baik dilakukan untuk jangka panjang. Karena Mahasiswa tidak harus selalu belajar didalam ruangan. Kondisi maupun pengalaman dan pelajaran yang ditemukan diluar kelas sesungguhnya amat berbeda. Ruang kuliah dan alam bebas adalah ruang belajar yang memberikan banyak ilmu, mengajarkan kita melihat banyak hal melalui sudut pandang yang berbeda-beda.
Kondisi Desa Puloe hanya sebagian kecil dari desa lain bahkan daerah lain yang membutuhkan kepedulian kita. Mahasiswa sebagai agen perubahan harus mampu membawa perubahan yang lebih baik untuk masyarakat.
Kami memiliki harapan besar kepada penduduk Desa Puloe, semoga kedatangan kami bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi warga desa dan kami mengharapkan pemerintah agar dapat memberi perhatian penuh mengingat sangat minim pembangunan di desa ini demi terlaksananya pemerataan pembangunan yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat indonesia.