Oleh Siti Humaira
Pelajar Kelas IX.1 SMP N.1 Bandar Baru, Pidie Jaya
Mungkin kalau ada seseorang yang ingin pandai tentang akhirat atau ingin lebih banyak mengetahui tentang agama Islam dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, tempat yang paling tepat untuk mempelajari itu adalah tempat pengajian atau sering disebut dayah. Sama halnya dengan orang tua saya, mereka ingin saya dapat mengetahui banyak hal tentang agama Islam. Mereka juga ingin agar saya dapat mengenal Allah dan tumbuh menjadi perempuan yang salehah yang menjalani kehidupan dengan aturan dan hukum Islam, serta inginkan saya dapat tumbuh menjadi seorang perempuan yang berakhlaqulkalimah. Sehingga mereka memasukkan saya ke sebuah tempat pengajian di desa saya yang bernama “Darul Fuqara’”. Waktu itu saya baru kelas 1 SD. Di sana, saya diajarkan tentang cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Waktu pertama kali saya belajar cara membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan makhraj huruf yang benar saya tidak merasa kesulitan, karena sebelum saya masuk ke dayah tersebut, ibu saya sudah pernah mengajari saya cara membaca Al-Qur’an.
Selain itu, di sana saya juga diajarkan cara membaca kitab-kitab yang berbahasa Melayu. Saya sangat senang bisa belajar tentang Islam di sana, karena selain belajar saya dan kawan-kawan juga mengajari adik-adik yang masih Iqra’. Kitab-kitab yang pernah saya pelajari di sana adalah kitab akhirat, tajwid, kifayatul ghulam, jawakit, ibadah, riwayat nabi dan bidayah. Saya belajar di sana setelah pulang sekolah sekitar jam 14 : 00 WIB sampai 16 : 30 WIB. Saya sebenarnya ingin sekali bisa mengaji dengan irama yang bagus atau biasa disebut Qari. Itu karena ketika saya mendengar orang membaca Al-Qur’an dengan Qari seperti Nazirah Hasan, Teungku Imran dan lainnya, saya iri dengan mereka dan ingin sekali seperti mereka. Karena orang tua saya pasti akan sangat senang dan akan bangga pada saya. Selain itu saya pada waktu itu, pernah mengikuti lomba Hifahil Qur’an se-mukim pada waktu kelas IV SD mewakili kampong saya. Alhamdulillah saya mendapatkan juara 3. Biarpun tidak mendapat juara 1, orang tua saya tetap bangga pada saya dan terus mendorong saya untuk terus belajar dan belajar agar ke depannya saya dapat menjadi lebih baik lagi.
Oh ya, yang selama ini mengajarkan saya tentang Al-Qur’an adalah ummi Habibah. Pengalaman yang sampai saat ini tak bisa saya lupakan adalah ketika saya dan teman-teman saya membantu ummi gotong royong membersihkan kawasan balai pengajian. Pada saat itu, kami bekerja sambil senda gurau dengan teman-teman. Sehingga pekerjaan kami terasa lebih menyenangkan. Saya belajar mengaji di sana lebih kurang 6 tahun. Pada waktu itu saya kelas VI SMP.
Setelah 6 tahun saya belajar mengaji di dayah Darul Fuqara’. Selanjutnya saya masuk ke balai pengajian Al-Azhar, juga dikampung saya. Pimpinan dayah Al-Azhar adalah Tengku Azharuddin. Mungkin nama Al-Azhar itu diambil dari nama Tengku Azharuddin itu sendiri. Hari pertama saya masuk ke dayah Al-Azhar, saya diantar oleh ayah saya. Hari selanjutnya saya pergi bersama teman-teman saya. Di sana kami mempelajari 8 kitab yaitu kitab awamel, matan takreb, aqidatul Islamiah (bahasa Arab), kitab akhlak, kifayatul ghulam, jawaket, dhammon dan kitab bahasa melayu lainnya. Syukur Alhamdulillah saya ditempatkan di kelas A di dayah tersebut. Saya sangat senang bisa mengaji di sana, karena selain banyak teman dan dapat mengajari anak Iqra’ mengaji, kami juga belajar kitab dengan langsung praktek.
Setiap malam minggu kami selalu mengadakan muhadarah. Kegiatan yang sering saya ambil waktu muhadarah adalah berpidato, karena jujur, saya suka berpidato. Dengan adanya muhadarah tersebut mental saya dapat menjadi lebih kuat, serta saya dapat terbiasa untuk berbicara di depan orang banyak. Dan pidato dapat membuat saya lebih mencintai membaca dan menghafal.