Tidak banyak orang yang peduli dengan sampah. Namun, Vera Nofita, 42, mengubah pandangan tersebut. Dia mengajak warga kampung Pulo Kambing daerah tempat tinggalnya untuk menyulap sampah menjadi investasi yang berharga.
Adalah sosok perempuan kelahiran Jakarta, 21 Nofember 1975 memulai debutnya di dunia persampahan pada 2014.
Pada 2013, saat menjadi penyiar radio, dia bertemu dengan banyak orang yang menginspirasi. Hal ini lah yang mendorong dia melakukan kegiatan seperti yang terlihat saat ini. Kemudian, hatinya makin tergerak saat melayat tetangganya yang meninggal. Tidak banyak orang yang hadir saat itu. “ Kalau ini terjadi pada saya, ngeri juga ya ..” ujarnya. Sejak saat itu, dia menekankan agar dekat dengan orang orang sekelilingnya terutama tetangga yang dia jumpai setiap hari.
Sebagai seseorang yang sudah lama tinggal di Pulo Kambing, dia mulai berpikir mencari solusi atas kecemasannya. Solusinya adalah melakukan kegiatan yang bisa punya manfaat untuk orang lain.
Berbekal kenekatan, istri Herdison, 50 tersebut akhirnya memulai dengan membuat kegiatan tabungan simpan pinjam. Dasarnya adalah melihat banyak warga yang kesulitan mendapatkan pinjaman untuk modal usaha. Padahal warga hanya membutuhkan Rp 1 -2 juta. Meskipun nilainya kecil, pinjaman ke bank butuh proses yang cukup lama. Dan tak sedikit warga yang akhirnya meminjam pada rentenir atau bank keliling. Sesungguhnya keberadaan rentenir atau bank keliling ini tidak hanya ada di tempat dia tinggal, dia pun mengatakan bahwa di pelosok daerah pun sudah banyak bank keliling yang memberikan pinjaman mudah dan cicilan dengan sistem sobek. Resiko yang bisa diterima nasabah yang pinjam ke rentenir adalah harta yang ada bisa habis karena pinjamannya berupa bunga ber bunga.
Tiga bulan berjalan dalam tabungan simpan pinjam, nasabah tabungan simpan pinjam terus bertambah. Sampai pada suatu waktu ada warga yang tiba tiba menghampirinya dan warga itu ingin sekali memiliki tabungan tetapi apa daya kemampuan keuangannya tidak mencukupi. Saat itu, langsung terlintas dipikirannya tentang berita sampah yang baru beberapa hari dilihatnya di salah satu stasiun televisi lalu dia menanyakan pada si ibu apakah dirumah ada sampah. Saat dijawab ada, dia menyarankan ibu itu untuk menabung lewat bank sampah. Awal Maret Bank Sampah Kerabat Pulo Kambing pun terbentuk dengan dukungan 5 orang ibu yang dia rekrut.
Tahun ini, ibu dari Muhammad Fachrul Fathonah, 18 dan Madina Fathia Fathoniah, 16 membuat gebrakan baru yaitu mengajak warga untuk nyicil emas dengan sampah. Program ini bekerjasama dengan PT. Antam (Persero) Tbk UBPP Logam Mulia . Butuh perjuangan panjang untuk bisa bekerjasama dengan salah satu perusahaan BUMN ini, tetapi perempuan yang hanya lulusan SMA ini punya sikap pantang menyerah akhirnya kerjasama ini pun terjalin dan memasuki tahun ke 3.
Sistem nyicil emas dengan sampah ini tidaklah sulit. Dia hanya meminta warga memilah sampah dari rumah. Sampah yang dipilah pun hanya sampah kering seperti kertas, kardus, botol minuman. Sampah pilahan itu ditabung dengan cara membawanya ke bank sampah. Selanjutnya, tim bank sampah yang dia bentuk akan mengkonversikan nilai sampah ke rupiah. Semua dihitung berdasarkan jenisnya dan beratnya, lalu ditotal. Total rupiah inilah yang akan ditabung di bank sampah.
Selanjutnya, total tabungan tersebut akan diserahkan bank sampah ke koperasi. Setelah nilai tabungan mencukupi, tim pengelola koperasi akan memasukan nilai tabungan itu ke rekening NyiMas (Nyicil Emas ). “ Kami sekalian ingin ajari masyakarat bawah bahwa tidak ada kata tidak mungkin untuk berinvestasi, dengan pilah sampah maka dalam 4 bulan setelah pembukaan rekening masyarakat akan memiliki emas logam mulia seberat 1 atau 2 gr “
Berlatarkan masih banyaknya penolakan tentang edukasi sampah ini, Vera memiliki impian yakni membuka cabang kegiatan bank sampah di semua wilayah . Artinya warga bisa diarahkan untuk mengolah sampah untuk jadi tabungan Nyicil Emas, apalagi masyarakat kita pun menyukai emas dan logam mulia.
Begitu banyak kegiatan pemberdayaan yang Vera lakukan, meski begitu Vera tak ingin kegiatan ini hanya berkembang di tempat dia tinggal. Dia berharap akan banyak wilayah yang bisa duplikasi kegiatannya ini. Sampai saat ini terdata yang sudah mengunjungi kegiatan yang Vera adalah Prof. Haryono Suyono ( Ketua KBKKB Orde Baru ), Walikota Gorontalo, Pengelola Bank Sampah Rawa Lumbu, Ibu Juliana Pateh ( pemilik usaha Nefertiti kosmetik ), Komunitas pengrajin barang bekas se jabodetakbek, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup, Camat Cakung, Lurah jatinegara, Pemilik Nara Kreatif dan para pekerja sosial dari 13 negara ASEAN beserta Dinas Sosial. Untuk media cetak yang sudah meliput antara lain Malajah Manasik, Majalah TEMPO, Koran Terbit dan Koran Jawa Pos.