Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh
Magang merupakan istilah yang biasa digunakan dalam dunia kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Istilah magang sendiri diartikan sebagai calon pegawai yang belum diangkat secara tetap serta belum menerima gaji atau upah. Karena dianggap masih dalam proses belajar. Kini dalam dunia pendidikan pun, terutama mahasiswa yang duduk di bangku perkuliahan akan begitu ramah dengan istilah ini. Kurikulum pendidikan kini mewajibkan mahasiswa untuk mengenal lebih dekat dunia kerjanya dengan cara melakukan praktek magang.
Magang dinilai merupakan cara yang tepat digunakan dalam kurikulum sebagai pendekatan mahasiswa agar nantinya manjadi sumber daya manusia (SDM) yang siap digunakan di dalam masyarakat dan menjajaki dunia kerja yang sesungguhnya. Namun permasalahan sesungguhnya baru saja muncul setelah magang menjadi ketetapan dalam kurikulum fakultas ataupun universitas. Mahasiswa yang selama ini disuguhi dengan berbagai macam teori dari “A” hingga “Z” masih saja terlihat kewalahan dengan berbagai permasalahan di dunia kerja.
Praktek yang ada di lapangan menunjukkan bahwa masih saja ada mahasiswa yang tidak mampu memperlihatkan hasil dari teori yang ia dapatkan di bangku perkuliahan. Dengan alasan bahwa ternyata apa yang dipelajari di kampus, sangat berbeda dengan apa yang mereka dapatkan di lapangan. Diawali dari pekerjaan yang sederhana hingga cara mereka melakukan penyesuaian dengan pegawai lainnya di tempat magang. Beberapa skill yang diasah sendiri seperti kemampuan menulis dan berkomunikasi yang dimiliki mahasiswa lah yang seringkali membantu mereka dalam menyesuaikan diri dalam praktek kerja lapangan.
Di satu sisi iniah yang menyebabkan mahasiswa yang berorganisasi atau biasa disebut mahasiswa kura-kura (kuliah rapat- kuliah rapat) memiliki nilai lebih. Mereka mahasiswa yang mendedikasikan dirinya untuk sibuk dalam kegiatan di luar kampus, biasanya akan lebih mudah berbaur. Dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan lingkungan yang sedemikian rupa. Hal tersebutlah yang seringkali membentuk kepribadian mereka menjadi lebih mudah menerima dan diterima oleh orang-orang di sekitarnya.
Media menjadi salah satu instansi sasaran mahasiswa untuk dijadikan tempat magang mereka. Terutama mereka yang berada di jurusan Ilmu Komunikasi dan berkonsentrasi pada kanjian media. Dengan mengharapkan mendapat ilmu baru terkait teori dan praktek yang sesuai dengan jurusan dan kajian mereka sebelumnya di bangku kuliah. Seperti latihan membuat tulisan features, esai, opini, editing tulisan, mempelajari tata letak hingga meluas ke bagian periklanan dalam komunikasi, promosi tentunya.
Tiap peserta magang (pemagang) sudah pasti memiliki tantangan masing-masing dalam melakukan tugas mereka secara praktek. Disini kembali mereka dituntut untuk memberikan hal terbaik secara praktek dari apa yang telah mereka dapatkan.
POTRET sebagai salah satu media cetak dan juga online yang berada di Aceh, beralamat lengkap di Jalan T. Prof. Ali Hasyimi, Desa Pango Raya, Banda Aceh. Menjadi media yang menawarkan kemudahan bagi mahasiswa yang ingin menimba ilmu melalui jalan praktek lapangan. Dengan berlatar belakang sebagai media perempuan, POTRET sebagai media cetak telah mampu bertahan 14 tahun lamanya. Majalah Potret setia menemani pembacanya terlepas dari perkembangan media yang luar biasa, terlepas dari banyaknya media cetak yang mulai menutup diri dan beralih ke media online seiring perkembangan waktu.
Media POTRET yang dipimpin oleh Tabrani Yunis sebagai pemimpin redaksi sekaligus penanggung jawab media, memiliki dua produk kebanggaan, yaitu Majalah POTRET dan juga Majalah Anak Cerdas. Masing-masingnya berorientasi pada sasaran masing-masing. Majalah POTRET sendiri sejak awal diterbitkan untuk membangun gerakan menulis di kalangan perempuan dengan pembaca bukan hanya perempuan dimaksudkan membawa harapan meningkatkan kegemaran menulis di kalangan perempuan. Juga Majalah Anak Cerdas yang disasarkan pada pembaca anak-anak. Meski kedua produknya bukan merupakan murni bisnis sepenuhnya, namun majalah POTRET dan anak cerdas masih tetap eksis untuk mengajak perempuan gemar menulis.
Tabrani Yunis mencoba memaparkan pada mahasiswa peserta magang di hari pertama mereka, bahwa magang dalam artian yang sesungguhnya ingin mereka capai ialah bagaimana mereka mendapatkan ilmu yang seseungguhnya. Bagaimana mempraktekkan apa yang mereka terima di bangku perkuliahan selama ini. Sehingga ia sebagai pimpinan mengharapkan agar peserta magang di Majalah POTRET tersebut mampu menjalani praktek lapangan dengan sungguh-sungguh.
Sedikit yang unik dari cara pengelolaan media ini ialah, bahwa mereka hanya memanfaatkan hampir sepenuhnya tulisan dari pembaca sebagai partisipan dan penulis untuk menyumbangkan karya mereka di dalam majalah ini.
Terlepas dari pergulatan dan permasalahan yang timbul karena dijawibkannya magang pada mahasiswa, tujuan positif dari magang yang diinginkan oleh pihak kampus agar nantinya mahasiswa mampu bersaing secara sehat serta menjadi sumber daya manusia yang siap pakai. Namun apa yang didapatkan oleh tiap-tiap peserta magang di instansi yang mereka pilih, adalah murni menjadi tanggung jawab diri mereka sendiri. Apakah nantinya ilmu yang mereka dapatkan dalam proses magang akan membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, dan lain hal sebagainya.
betul banget kak. sebelum kerja bagusnya magang dulu, biar nanti terjun ke dunia kerja gak langsung syok dengan kegiatan yang bakalan dilakukan di tempat kerja, asal tempat magangnya sesuai dengan tempat kerja yang diimpikan nantinya. terima kasih artikelnya kak, semangat magang buat saya juga, hehe