Oleh Lukyana Arsa
Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Komunikasi Unsyiah, Banda Aceh
Perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat telah membawa kita pada perubahan yang signifikan dalam berbagai segi kehidupan. Jika dulu untuk berkirim surat saja membutuhkan waktu yang lama, kini hanya dalam hitungan detik, pesan yang dikirim langsung diterima oleh penerima pesan. Saat ini pesan-pesan tersebut tidak hanya berbentuk dalam teks, tetapi bisa berbentuk audio, video, dokumen dan format lainnya.
Tidak sampai di situ, belanja online, perpustakaan online, game online adalah sebagian dari kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi komunikasi. Hal tersebut tentu memberikan dampak bagi produsen serta industri-industri alat komunikasi dalam menghasilkan berbagai jenis produk gadget dengan spesifikasi yang beragam.
Dewasa ini gadget digunakan oleh hampir seluruh umat manusia dari berbagai kalangan dan tanpa batasan usia serta memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam penggunaannya. Bagi orang dewasa telak bahwa gadget itu penting untuknya, karena gadget bisa menjadi alat yang mendukung karirnya, memperlancar bisnisnya serta memudahkan komunikasinya dengan rekan sejawatnya. Namun bagaimana penggunaan gadget untuk anak-anak?
Sebuah survey dari Indonesia Hottest Insight tahun 2013 menyebutkan bahwa tingkat penggunaan gadget pada anak-anak mencapai 40 persen dan dikategorikan sebagai pengguna aktif internet. Mirisnya lagi sebagian besar anak-anak sudah memiliki akun media sosial sendiri. Sebut saja Facebook, saat ini ada banyak anak yang sudah memiliki akun facebook. Dengan akun tersebut anak-anak bebas melakukan apa saja untuk memenuhi keinginan pribadinya. Kenalan dengan teman baru, chattingan dan membangun relasi adalah beberapa hal-hal lumrah yang sering dilakukan oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Selama dalam batas yang wajar tentu tidak ada yang salah dengan gadget.
Selain media sosial game juga menjadi lahan utama anak-anak dalam berekpresi di dunia maya melalui gadget. Saat ini tersedia banyak sekali game dengan fitur-fitur yang keren sehingga membuat anak-anak betah berlama-lama bermain gadget. Dengan bantuan data internet mereka bebas mencari dan mengunduh game apa saja yang mereka inginkan. Kemudian lagi dikatakan bahwa selama dalam batas yang wajar tidak akan ada yang salah dengan gadget.
Namun ironi yang terjadi tidaklah demikian. Gadgetbernar-benar telah mengubah segalanya. Dampak-dampak negatif yang ditimbulkan gadget bisa kita rasakan langsung. Kemanjaan anak-anak pada gadget membuat mereka betah berlama-lama duduk menatap layar dengan terus mengetikkan jari-jemari pada touchscreen.Akibatnya anak-anak malas, tidak mau belajar, tidak mau ibadah dan terus-menerus akan bergantung pada gadget yang dimilikinya. Jika terus dibiarkan tentu akan memberika dampak yang sangat buruk untuk psikologisnya.
Akibat kemanjaannya pada gadget anak-anak menjadi manusia yang individual, egois, tidak sabar, menjadi orang yang tidak peduli, tidak empati pada orang lain. Dunianya adalah segalanya tanpa harus memikirkan orang lain. Ia menjadi anak yang tidak peka dengan keadaan sosial dan tentunya akan sulit baginya untuk melakukan interaksi dengan orang-orang di sekitarnya walaupun hanya sekedar untuk mengucap salam dan menebar senyum.
Inilah ironi yang terjadi dan membutuhkan pencegahan secepatnya sebelum anak-anak terjerumus lebih dalam. Sebagai orang yang peduli, kita harus terus memberikan bimbingan kepada anak-anak untuk tidak terlalu jauh terlena dengan gadget, karena masih ada dunia nyata yang maha berat dan penuh teka-teki untuk dihadapi.
Kita tidak bisa langsung menarik gadget di tangannya dan mengatakan jangan lagi bermain gadget. Tentu ia akan kesal, marah dan ujung-ujungnya ia akan memberontak. Namun cara terbaik yang dilakukan adalah lakukan dengan pelan-pelan. Batasi waktunya bemain gadget dan ganti dengan hal-hal yang lebih positif. Beri ruang untuk anak-anak berekpresi dan melakukan apa saja yang ia mau dan pastikan harus selalu dalam bimbingan orang yang lebih tua darinya