Oleh : Sarah Tanzila
Kelas IX F, SMP Negeri 1 Meureudu, Pidie Jaya
Pagi itu terlihat Claudia sangat sibuk mempersiapkan peralatan sekolah, karena hari itu hari pertama Claudia masuk sekolah. Ia bergegas mengemasi barang-barangnya dan setelah itu ia berangkat dengan supir pribadinya. Sesampainya ia di sekolah, ia melihat seorang anak yang duduk termenung di pinggir taman sekolah, lalu Claudia menghampirinya dan berkata, “hai!, kamu anak baru juga ya?”. Dengan beraninya Claudia bertanya pada anak itu, lalu anak itu mengangguk pelan, “Oooo!!??…., “Nama kamu siapa?” tanya Claudia. Namaku Febria jawab anak ini simpel, “nama kamu!!??, anak itu mulai bertanya. “Claudia” Jawabnya singkat. Lalu mereka berjabat tangan dan masuk ke kelas.
Sebulan lebih telah lewat untuk pertemanan antara Claudia dan Febria, mereka semakin dekat. Mereka sudah seperti adik kakak. Mereka sering pergi bersama, mengerjakan tugas bersama dan saling membagi masalah bersama. Bahkan, suka-duku mereka lewati bersama sampai akhirnya mereka sudah tamat sekolah menengah pertama dan kini mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah atas (SMA).
Pada hari pertama mereka memasuki sekolah menengah atas (SMA). Mereka lebih banyak belajar lagi dan mereka lebih giat lagi dalam masalah belajar matematika. Tentu karena mereka tidak bisa matematika. Hari ketika mereka sekolah, Febria tidak masuk karena ia jatuh sakit. Claudia amat sedih dengan berita itu, akhirnya sepulang sekolah Claudia menjenguk temannya itu. Sesampainya ia di rumah sakit dimana Febria dirawat, ia bergegas masuk untuk menemui Febria. Terlihat Febria terbaring lesu saat Claudia sampai di kamarnya.
Lalu setelah itu Claudia keluar dari kamar itu agar Febria bisa istirahat dengan tenang. Lalu Claudia melihat orang tua Febria yang sedang berbicara dengan dokter yang memeriksa Febria, dengan Jalan pelan-pelan Claudia mendengar pembicaraan orangtua Febria. Alangkah terkejutnya ia, karena yang ia dengar adalah Febria mengalami kanker otak stadium 3 dan hampir memasuki stadium 4 dengan keadaan yang sangat mencekam. Duka Claudia berlari menuju kamar Febria.
Keadaan mencekam antara percaya dan tidak percaya, pikiran Claudia campur aduk. Dibukanya pintu dan terlihat Febria tergeletak di lantai dengan keadaan pucat. Claudia berlari ke arah Febria “Febria……, Feb, bangun Feb, lalu Claudia memeriksa nafasnya Febria dan rupanya Febria tidak bernafas lagi dan Claudia sadar bahwa Febria telah pergi untuk selama-lamanya. Claudia berdo’a semoga Febrina tenang disana! Do’a terakhir Claudia sebagai simbol lambang persahabatan mereka.