Mahasiswa Perbankan Syariah, UIN Darussalam, Banda Aceh
Di masa perkembangan teknologi semakin muktahir, kegiatan telpon-menelepon mulai jarang digunakan. Terlebih lagi dengan berkembangannya berbagai media sosial (Social Media) seperti BlackBerry Messenger, LINE, WhatsApp dan sebagainya. Mengingat akan hal tersebut, jarang sekali terlihat orang yang mondar-mandir membeli pulsa di M-kios.
Walau masih ada yang membeli, apakah itu karena urgensi atau pun sekedar iseng menelpon mereka membeli pulsanya. Sekarang banyak usaha M-kios yang beralih dengan menjual kartu internet-an juga, bahkan menjajakan perangkat-perangkat pelengkap pada smartphone. Usaha ini dilakukan agar pembeli tetap membeli, walau yang dibeli bukanlah pulsa.
Seiringan hal tersebut, para operator penyedia layanan seluler, baik internet maupun non-internet terus mengembangkan kemajuan teknologi layanannya, seperti memberikan paket nelpon murah, gratis internetan dan bonus-bonus lain yang menarik pembelinya. Persaingan ketat yang antar penyedia layanan seluler tersebut terus terjadi, bahkan ada beberapa perusahaan penyedia yang mengakuisisi perusahaannya, contohnya SmartFren.
Terkadang, ada perasaan “malas” dari para pembeli terkait harus pergi ke counter M-kios, jika saldo pulsa telah habis yang terkesan membuang-buang waktu. Maka dari itu, M-kios mulai merekrut masyarakat untuk menjadi M-kios berjalan. Konsep kerjanya terkesan sama seperti M-kios pada umumnya, yang membedakannya yaitu di segi saldo si pengirim pulsanya.
Dengan bermodalkan HandPhone jadul, kita telah bisa menjadi seorang M-kios berjalan. Calon M-kios awalnya mendaftarkan dirinya dengan modal Rp. 115.000; telah termasuk saldo awal dan administrasi pendaftaran calon. Tanpa harus singgah ke counter M-kios pun, seseorang telah dapat mengirimkan pulsa kepada orang lain melalui HandPhone si pengirim. Instan bukan?
Berbicara soal Instan, semua orang menyukai istilah tersebut. Hanya dengan sedikit usaha saja, semua tercapai. Kata instan sangatlah melekat pada benak mahasiswa, dari berbagai perspektif. Mahasiswa terkesan sering “kehabisan dana” pada akhir bulan, sehingga disebut “Tanggal Tua”. Tidak ada salahnya bagi seorang mahasiswa untuk berinvestasi, walau dalam bentuk kecil layaknya.
Cara pengirimannya pun terbilang mudah. M-kios berjalan ini hanya perlu mencatat nomor telpon tujuannya serta berapa saldo yang diinginkan oleh si pembeli. Namun format pengiriman pun dapat berbeda-beda, tergantung dengan operatornya. Misalnya saja kartu simpati dengan kode pengirimannya SB (saldo yang di inginkan), kartu Mentari dengan kode pengiriman M (saldo yang diinginkan) dan sebagainya.
Kewirausahaan ini pun tergolong sangat mudah. Cara kerja yang diperlukan hanyalah relasi dari para pembeli. Pembeli mungkin akan menyebarkan berita bahwa kita sebagai M-kios, dan pembeli lain akan berlangganan kepada kita. Semakin banyak relasi, semakin banyak profit yang didapat. Namun profit bisa berbeda-beda dalam beberapa kondisi tertentu. Misalnya banyaknya pembelian dengan saldo terendah akan menghasilkan profit yang banyak, sedang pembelian dengan tertinggi akan menurunkan profit yang didapatkan.
Misalnya, jika pembelian sebesar Rp.5.000 (pembayaran Rp. 7.000; telah termasuk biaya adm pengiriman dan laba) sebanyak 12 transaksi lebih menguntungkan dibanding dengan pembelian Rp. 50.000 (pembayaran Rp. 52.000; telah termasuk biaya adm pengiriman dan laba). Itu termasuk kelemahan dari bisnis tersebut, belum lagi jika sedang “sepi” pelanggan yang menginginkan saldo telpon. Tapi semua usaha tersebut sangat tergantung dengan si pelakunya, berani berwirausaha atau tidaknya.
Wiihh mantapp artikel nya…
Sungguh termotivasi..
Kalau bisa artikel nya di update lagi mas iki… ��
Keep going broo!!