Oleh: Iqbal Perdana
Staff di Center for Community Development and Education
Membudayakan literasi merupakan salah satu kunci kesuksesan. Sudah bukan barang baru lagi, ketika tokoh-tokoh sukses di bidangnya, merekomendasikan buku, artikel, essai sebagai bahan bacaan. Menggali informasi, menemukan inspirasi. Dengan membaca manusia dapat mengembangkan dirinya.
Sedikitnya, demikianlah pemantik semangat tim Majalah Potret menebar virus literasi. Syukur, semangat kami serupa dengan giat Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat, alhasil, bersama kami menyusun rencana “penebaran” virus.
Komunikasi intens dilakukan antara Tabrani Yunis (pemimpin redakasi Majalah Potret dan Anak Cerdas) dan Muhammad Nasir, Kasie Pendidikan Dasar di Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat. Akhirnya, kami sepakat untuk mengadakan acara pada tanggal 29 Agustus 2017, misinya adalah menjangkiti anak-anak SD untuk gemar membaca dan berkarya.
Sehari sebelum acara, tim Majalah Potret dan Majalah Anak Cerdas bertolak ke Aceh Barat, tujuannya adalah Kota Meulaboh, sebuah kota yang sempat lumpuh akibat gelombang dahsyat tsunami, tahun 2004 silam.
Selesai shalat ashar, kami memulai perjalanan. Menyusuri pantai barat Aceh memberikan nuansa khas, pantai dengan pasir putih dan perbukitan batuan. Sejak dari Aceh Besar sampai tiba di Aceh Barat, pasir putih dengan birunya air laut selalu memanjakan mata saat melempar pandangan ke sebelah kanan kendaraan.
Setelah beberapa jam mengaspal, kami tiba dengan selamat di kota Teuku Umar. Kami disambut oleh Muhammad Nasir, ia segera memboyong kami ke salah satu warung kopi di kota itu. Ah, espresso panas langsung menghajar kantuk dan lelah setelah lama berkendara.
Selama beberapa jam kami membahas soal dunia pendidikan saat ini, tarik-ulur tema percakapan sambil sesekali menggeleng ironi membuat kantuk dan lelah benar-benar hilang. Sambil mencoba menyimpulkan percakapan, saya yang paling “junior” belajar banyak tentang wajah pendidikan Aceh saat ini. Tidak hancur sekali namun tidak benar-benar aman juga.
Setelah habis menyeruput esspresso, percakapan disudahi, “Memang tubuh tidak bisa diajak kompromi, kalau sudah sampai “masanya” harus dituruti juga,” kata Tabrani kemudian.
Dinas Pendidikan Aceh Barat mengundang 200 anak SD dari seluruh Sekolah Dasar di Aceh Barat. “Setiap satu sekolah satu anak,” kata Muhammad Nasir. “Mereka nantinya akan didampingi oleh seorang guru pendamping,” katanya kemudian.
Selama kurang lebih satu jam tiga puluh menit, Tabrani semangat memperkenalkan budaya literasi kepada siswa-siswi sekolah dasar. “Mulai saat ini kita harus senang berkarya, mulai dari membaca, menulis, menggambar, membuat cerita, puisi, komik atau apapun hal positif yang kita senangi, jangan takut untuk berkarya,” kata Tabrani.
Acara tersebut digelar di Sekolah Dasar Negeri Percontohan Meulaboh. Rasul Satria, selaku kepala sekolah, ia menyambut hangat kegiatan tersebut. Sorot mata antusias tampak pada anak-anak peserta acara. “Sampaikan juga kepada teman-teman kalian tentang apa yang kalian peroeh saat ini,” sambung Tabrani.
Sejak beberapa tahun lalu, Majalah Anak Cerdas telah memulai menebar virus literasi ke sekolah-sekolah dasar di Kota Banda Aceh. “Semangat kita adalah untuk menebarkan virus literasi, kita tidak hanya mengajak mereka untuk berkarya, namun kita juga menyediakan tempat untuk mereka berkarya,” kata Tabrani suatu ketika.
Namun demikian, tantangan dan hambatan selalu ada. Niatan baik belum tentu disambut baik. Paling tidak, demikianlah yang terjadi di lapangan. Ada sekolah-sekolah yang pro-aktif menanggapi jalinan kerjasama membantu anak-anak untuk giat berkarya sejak dini. Namun ada sekolah yang justru acuh, menolak dengan melayangkan bermacam alasan.
Bersama kegiatan tersebut, Dinas Pendidikan Aceh Barat membuktikan keterikatannya terhadap pendulang-pendulang ilmu di wilayah tanggung jawabnya. Mereka pro-aktif memajukan mutu didikan sekaligus pendidik. Tanpa harus berdebat soal prioritas program yang sudah seharusnya dinikmati oleh masyarakat umum.