OLEH : MUHAMMAD IKHSAN AZMI
*Mahasiswa Psikologi Universitas Medan Area. Staff Badan Pengembangan dan Pengkajian Keilmuan Ikatan Lembaga Psikologi Indonesia (ILMPI) Wilayah VII (Aceh-Sumatera Utara)
Pada masa sekarang, banyak sekali kita temui kasus kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak dan remaja. Biasanya korban yang mengalami kekerasan seksual merupakan anak perempuan, namun banyak sekali belakanngan ini yang mengalami kekerasan seksual juga anak laki-laki. Hampir dari seluruh Indonesia banyak anak yang mengalami kekerasan seksual, tetapi hanyak sedikit yang berani melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Selain dari anaknya sendiri yang tidak berani berbicara dengan orang tuanya dikarenakan korban diancam oleh sang pelaku serta orang tuanya sendiri yang takut untuk melaporkannya.
Kasus kekerasan seksual ini sendiri memiliki dampak jangka pendek serta jangka panjang terhadap anak. Dampak yang terjadi bisa secara fisik, psikologis maupun sosial, pada dampak psikologis anak bisa saja mengalami trauma, depresi, fobia yang berkepanjangan hingga sampai dewasa. Pada dampak sosial biasanya anak akan lebih menyendiri dan cenderung anti sosial, dan jika teman sekitar banyak yang tau anak cenderung dikucilkan sehingga anak biasanya akan sulit bergaul terhadap orang lain jika telah menjadi korban kekerasan seksual tersebut. Sedangkan pada dampak fisik, anak bisa saja terjangkit penyakit menular seksual. Menurut Sulistiyaningsih & Faturochman (2002) pada kasus korban perkosaan yang mengalami trauma psikologis yang sangat hebat, memungkinkan akan merasakan dorongan yang kuat untuk bunuh diri.
Siapakah yang menjadi tempat anak berlindung?
Orang tua dapat menjadi tameng seorang anak, dimana anak dapat berlindung pada orang tuanya sehingga anak tak menutupi hal-hal tersebut. Sebelumnya orang tua harus sangat dekat dengan anaknya agar sang anak merasa nyaman bila berada padanya sehingga Orang tua dapat lebih peka yang terjadi pada anaknya. Jadi, orang tua harus benar-benar ketat dalam menjaga anak mereka. Karena banyak sekali predator yang sedang memangsa korbannya dengan cara langsung atau cenderung pada modus tertentu seperti memberikan iming-iming untuk anak tersebut. Orang tua juga harus mengenali ciri-ciri yang menampilkan kejanggalan dalam perilaku anak yang biasa.
Bagaimana ciri-ciri jika anak mengalami kekerasan seksual?
Banyak ciri-ciri yang menampilkan bahwa anak telah mengalami kekerasan sesksual, sehingga orang tua harus mengetahuinya. Sejatinya jika anak telah mengalami hal tersebut anak akan cenderung menutup diri, lebih pendiam, takut jika bertemu orang asing/ sang pelaku, ingin selalu ditemani, susah tidur, sering melamun dan cara berjalan terlihat berbeda. Jika orang tua melihat beberapa ciri tersebut, sebaiknya orang tua mulai menanyakan apa yang terjadi perlahan pada anak, buat anak merasa nyaman pada kita sehingga dia dapat berbicara apa yang terjadi secara detail dan tidak takut. Setelah itu orang tua harus dapat melaporkan kejadian tersebut dan orang tua juga harus lebih peka terhadap anaknya agar tidak terlalu trauma. Tetapi, orang tua tidak boleh langsung menutupi diri anak terhadap lingkungan luar. Jika traumanya terlalu parah, orang tua dapat membawa anak ke Psikolog anak untuk mengobatin trauma ataupun dampak psikologis lainnya.
Bagaimana cara mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak?
Hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual ada anak adalah orang tua harus memberikan sosialisasi terhadap anak. Salah satu sosialisasinya orang tua dapat menggunakan metode cerita pada anak dimana orang tua menceritakan bahwa adanya bagian-bagian tubuh tertent yang tidak boleh disentuh oleh orang asing ataupun yang berbeda gender. Adapun bagian-bagian yang tidak boleh disentuh ada tiga yaitu bibir, dada, bagian kelamin dan bagian belakang. Orang tua juga mengajarkan bahwa anak harus menolak jika bagian-bagian tersebut ingin disentuh oleh orang lain. Sebelumnya orang tua juga harus memberi tahu mengenai Sex-Role & Sex-difference antara laki-laki dan perempuan sehingga memerlukan batasan dalam bergaul, orang tua juga harus tetap mengawasinya.