Oleh : Fathma Wati
Guru SD Swasta Kota Medan
Betapa banyak saat ini berita yang beredar tentang kekerasan atau pelecehan seksual terhadap anak. Kekerasan atau pelecehan seksual terhadap anak merupakan bentuk penyiksaan yang dilakukan orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak sebagai alat rangsangan seksual. Bentuk pelecehan seksual terhadap anak yaitu termasuk memaksa atau menekan anak untuk melakukan aktivitas seksual, menampilkan pornografi kepada anak, melakuakan hubungan seksual terhadap anak-anak, melihat alat kelamin anak dan sebagainya.
Kita sebagai orang tua harus ekstra waspada terhadap predator pemangsa masa depan anak-anak kita, sebab hal ini tidak hanya berdampak cedera fisik untuk anak tetapi juga dapat menyebabkan depresi, gangguan stres pascatrauma, kegelisahan dan kecenderungan untuk menjadi korban lebih lanjut pada masa dewasa.
Pelaku kekerasan seksual yang kita sebut sebagai predator seksual anak ini biasanya orang-orang yang tidak jauh dari lingkungan kita. Dan baru-baru ini predator ini ternyata tidak hanya ada di lingkungan kita, mereka juga eksis di dunia maya lewat media sosial. Di media soaial mereka bertukar foto seksual anak. Namun, bukan berarti kita cenderung mencurigai orang-orang di sekitar kita, hanya mesti waspada.
Tentunya sebagai orang tua akan merasa khawatir apabila hal tersebut terjadi dengan putra ataupun putri kesayangannya. Jangan sampai masa depan buah hati kita hancur seketika akibat ulah predator seksual. Para orang tua bisa lakukan lima langkah ini untuk melindungi si buah hati dari predator seksual anak :
1. Beri Pengetahuan Anak Batasan Kedekatan dengan Lawan Jenis
Sejak dini anak sudah di kenalkan pengetahuan dasar tentang pergaulan antar lawan jenis. Katakan kepada anak Anda bahwa bersentuhan kulit dengan lawan jenis itu tidak boleh. Jangan memperlihatkan apalagi mengiizinkan bagian-bagian tertentu dari tubuh untuk di pegang, seperti kemaluan, bokong/anus, dada dan bibir. Jika anak bertanya mengapa tidak boleh, Anda bisa menjelaskan bahwa bagian-bagian tersebut merupakan bagian-bagian pribadi yang orang lain tidak boleh sembarang lihat dan pegang. Hanya orang tua yang boleh melihat itupun saat ada kepentingan seperti memandikan atau dokter saat sedang memberi pengobatan. Pengetahuan ini bisa diberikan kepada anak sejak usia dua tahun, dimana anak sudah mulai bisa mengerti apa yang kita sampaikan.
2. Ajarkan Anak mengenai Anatomi Tubuhnya
Pengenalan anggota tubuh bisa dilakukan sedini mungkin. Termasuk bagian-bagian yang vital dan penamaannya sesuai istilah anatomi. Dengan mengajarkan nama-nama bagian anggota tubuh secara tepat, anak bisa menyampaikan secara akurat saat menceritakan apa yang terjadi kepada mereka saat terjadi pelecehan. Misalnya, “Ibu, orang itu menyentuh vaginaku dengan penisnya.” Dibandingkan, “Ibu orang itu menunjukkan burungnya.”
3. Ajarkan Anak Tegas Menolak Ajakan dan Pemberian Hadiah dari Orang Lain
Katakan kepada anak Anda bahwa dia tidak boleh menerima begitu saja ajakan orang lain dan dia harus lapor kepada orang tua lebih dulu, sekalipun di iming-imingi hadiah. Jika orang itu memaksa, suruh anak Anda berlari dan berteriak.
4. Awasi dan Batasi Anak dalam Penggunaan Media Sosial
Zaman sudah semakin canggih, media sosial bukan hanya memudahkan kita dalam interaksi jarak jauh untuk menjalin pertemanan, jual beli dan hal positif lainnya. Kejahatan pun semakin mudah dilakukan dengan adanya media sosial. Orang tua harus waspada jika anaknya sudah di biarkan menggunakan media sosial. Media sosial selayaknya tidak digunakan oleh anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk usia remaja pun harus dengan pemantauan yang cukup ketat. Kejahatan seksual sudah mulai beredar di Media Sosial. Mereka akan menampakkan situs-situs porno yang tidak selayaknya di konsumsi anak-anak. Selain itu kadang predator ini tidak segan-segan mengajak anak untuk bertemu, biasanya ini dilakukan kepada anak yang sedang beranjak dewasa atau sedang mengalami masa-masa pubertas.
5. Membangun Kedekatan Dengan Anak
Sesibuk apapun orang tua harus bisa meluangkan waktunya untuk mendampingi anak. Anak membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Bangunlah kedekatan anak terhadap Anda sebagai orang tua, agar anak merasa nyaman curhat ataupun menceritakan kesehariannya selama di luar rumah. Tanyalah apa saja yang dilakukan anak selama seharian diluar rumah, “Bagaimana belajar di sekolah tadi, nak? Menyenangkan atau tidak?” atau dengan memberikan pertanyaan lanjutan saat anak selesai bercerita, “Ada lagi yang ingin kamu ceritakan, nak?”
kata Jill Starishevsky, ibu dari dua anak dan berprofesi sebagai jaksa dalam kasus pelecehan anak dan kejahatan seks di New York City, AS. Jika pendidikan dan komunikasi terbuka dilakukan sejak dini, bisa menjadi ‘benteng’ pelindung untuk mereka.
Selalu ingatkan kepada anak bahwa dia bisa menceritakan masalah apapun kepada orang tuanya. Biarkan anak berkata jujur, hargai kejujuran anak dengan tidak memberikan hukuman atas kejujurannya.