![]() |
ilustrasi /waspada.co.id |
Oleh Tabrani Yunis
Allah, menciptakan manusia sebagai makluk yang sempurna. Berbeda dengan makhkuk-makhluk lainnya, seperti hewan atau binatang. Manusia dilengkapi akal, pikiran dan nafsu, juga berakhlak dan memiliki pengetahuan. Karena kesempurnaan itu pula Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di permukaan bumi ini. Sebagaimana firman Allah dalam dalam Al Quran, Surat Al Baqarah : 30 yang artinnya sebagai berikut.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)
Allah berfirman berfirman dalam QS. Al-Isra:70 yang artinya:
“Dan sungguh Kami telah muliakan keturunan Adam, dan Kami angkat mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Berdasarkan firman – firman Allah dalam Al Quran, Allah telah mengangkat harkat dan martabat manusia lebih tinggi dan sempurna dibanding makhluk lainnya. Bahkan malikat sendiri yang tidak dilengkapi dengan nafsu. Oleh karenanya, manusia layak dijadikan sebagai khalifah di muka bumi ini yang menjalankan fungsi senagai pemimpin. Namun, bukan sebagai penguasa di muka bumi. Dengan demikian, Allah memberikan amanah dan wewenang untuk mengatur segala sesuatu yang terkandung di bumi, agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia dan makhluk lainnya. Jadi, ada kewajiban managerial untuk memakmurkan, memelihara, menjaga keseimbangan serta melindungi bumi dari kehancuran, agar semua makhluk di alam semesta ini bisa hidup dengan berimbang. Sebagai pemimpin, apa yang ada dipermukaan bumi ini harus dikelola, dijaga dan dilindungi dengan bijak agar umat manusia bisa hidup makmur dan beribadah kepada Allah.
Sungguh ini sebuah anugerah Allah yang sangat mulia bagi manusia, walau sesungguhnya malaikat seperti disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 30 itu, mempertanyakan kepada Allah “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” Namun, Allah Yang Maha Mengetahui, telah memuliakan manusia.
Amanah ini, di samping sebagai anugerah, juga sebagai ujian bagi manusia, apakah manusia itu akan mampu menjalankan amanah Allah, atau tidak. Juga akan menguji dan mengukur apakah manusia mau dan mampu bersyukur dan beribadah kepada Allah. Manusia yang disempurnakan Allah dengan akal, akhlak, ilmu dan juga dilengkapi nafsu itu, akan selalu dilengkapi dengan hak dan kewajiban sebagai khalifah. Oleh sebab itu, manusia memang harus selalu bijaksana dalam memimpin di muka bumi ini.
Nah, idealnya manusia seharusnya menjaga kemuliaan itu menjadi manager yang baik dan bijak di muka bumi ini. Manager yang mampu dan committed dengan tanggung jawab yang diembannya sebagai pemimpin. Juga faham dan sadar bahwa sebagai pemimpin bumi, bukan berarti menguasai semua yang ada di muka bumi, tetapi memimpin dan mengelola bumi untuk semua makhluk ciptaan Allah.
Sayangnya, dalam sejarah kehidupan manusia di muka bumi, sebagian manusia banyak yang lalai dan lupa akan amanah tersebut. Mungkin karena sifat manusia seperti yang dinukilkan oleh Allah dalam Al-Quran, seperti surah An-Nissa: 28 yang artinya seperti berikut: “ Allah hendak memberikan keringanan kepada mu, karena manusia diciptakan bersifat lemah”.
Selain lemah, manusia juga lalai. Ini adalah sifat yang banyak kita jumpai di dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, Allah meningatkan manusia agar tidak bermegah-megah, karena “ Bermegah-megah itu melalaikan kamu ( Q.S. Al_Takaatsur 1). Masih banyak sifat lainnya yang bahkan tergolong buruk, misalnya serakah atau tamak.
Sebagai makhluk yang dilengkapi nafsu, maka keinginan kebanyakan manusia ingin hidup kaya, bermegah-megah dan bermewah-mewah dengan kekayaan yang dimiliki. Karena tidak mampu mengelola nafsu itu, telah mendorong manusia melalaikan kewajiban untuk memakmurkan, memelihara dan melindungi bumi dari kehancuran. Kenyataannya, dalam usia bumi yang semakin tua dan renta, kehancuran-kehancuran yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia semakin tampak. Padah Allah telah mengingatkan kepada manusia dalam Al-Quran, surat Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi “ Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari ( akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar)”. Namun, apa yang terjadi?
Menjadi Predator
Apa yang terjadi, ternyata manusia juga penjadi perusak. Ya kita sebut saja predator. Pendek kata, manusia di samping sebagai khalifah, juga banyak yang menjadi predator di permukaan bumi. Banyak bukti nyata kerusakan yang dibuat oleh manusia di muka bumi ini, sejak zaman jahilyah. Mulai dari hal-hal kecil yang dilakukan secara individu, hingga pada hal yang besar dalam bentuk isdustri dan tambang dan sebagainya. Semakin parah, tatkala jumlah populasi manusi kian bertambah hingga melebih angka 7.000.000.000. Pertumbuhan penduduk dunia yang terus bertambah, menyebabkan kebutuhan hidup manusi juga bertambah banyak. Apalagi banyak manusia yang suka mengumpulkan harta dan hidup serba mewah. Konsewensinya, segala sumber daya yang ada di bumi akan dikuras secara besar-besar. Bukan hanya pengurasan secara besar-bersaran dan tidak ramah terhadap bumi, tetapi perebutan atas sumber daya alam yang ada di permukaan bumi pun semakin sengit.
Di sinilah, dalam memperebutkan sumber daya alam yang ada di bumi ini, manusia melakukan pertumpahan darah, saling membunuh, saling berperang. Motifnya, ingin memguasai sumber daya alam yang ada di sebuah daerah atau sebuah Negara. Lihatlah fakta sejarah di dunia ini. Negara-negara kuat dan maju, menjajah Negara-negara yang lemah dan terbelakang dengan berbagai strategi perang yang mereka lancarkan. Setelah mereka menguasai sebuah daerah, maka yang dilakukan kemudian adalah menggerogoti perut bumi. Sehingga, semua kekayaan alam itu dapat dikuasai dan dieksplorasi hingga terkuras habis. Negara kaya dan maju, menjadi semakin maju, sementara Negara yang kaya sumber daya alam, tetapi memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, menjadi korban.
Begitu pula, apa yang sedang terjadi di negeri kita. Manusia-manusia predator bumi itu, bahkan dengan cara-cara jahiliyahnya merusak kekayaan alam kita demi untuk mengejar kepentingan sesaat. Mereka mengumpulkan banyak uang dan harta, tanpa peduli pada keseimbangan alam (ekosistem) dan kepentingan makhluk hidup lain yang memiliki hak yang sama untuk hidup di permukaan bumi ini.
Hutan, sebagai salah satu sumber kehidupan masyarakat kita adalah sebuah contoh nyata. Yang kini sudah semakin rusak. Ketika hutan yang seharusnya dijaga, karena hutan adalah sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya, kini hutan telah ditebang dan dieksploitasi dengan cara-cara serampangan. Celakannya, hutan-hutan yang lebat yang seyogianya dapat menyimpan air, kini banyak yang gundul dan digantikan dengan tanaman yang sangat monokultur dengan hanya menanam sawit atau karet dan lainnya dalam konsep perkebunan. Hutan yang menjadi sumber air dan sumber mineral dan sebagainya, kini terkikis habis. Akibatnya, ketika musim hujan, banjir melanda di sana-sini. Lalu, di musim kemarau, bumi menjadi kering kerontang. Bahkan karena penebangan liar dan resmi, habitat makluk lain pun terganggu yang berujung dengan konflik antara manusia dengan satwa. Gajah, harimau dan satwa lainnya terpaksa keluar dari habitat mereka dan memasuki pemukiman masyarakat dengan merusak dan mengancam manusia sendiri.
Kegiatan manusia yang lain adalah kegiatan yang mencemarkan lingkungan dan bumi. berbagai macam aktivitas pencemaran, seperi sungai, udara dan tanah yang memngandung racun dan mematikan, kian tak terbendung. Akibatnya, maka banyak makhluk hidup lainnya punah, sehingga menghilangkan keseimbangan alam di bumi ini.
Wajar saja, akibat ulah tangan manusia sendiri, kini wajah bumi kian penuh dengan persoalan yang mengancam kehidupan manusia sendiri. Sumber daya yang tak terperbaharui, kini semakin sulit didapat. Bahkan yang bisa diperharui pun semakin susah. Bumi bahkan sudah mengalami berbagai macam krisis dan kehilangan keseimbangan. Bukanlah cerita bohong, kalau sekarang ini, saat usia bumi kian renta dan tua, pemanasan global (Global warming) terus mengancam. Musim yang dulu datang setiap enam bulan sekali di daerah tropis, kini sudah tak menentu dan tidak mengikuti siklus yang normal. Musim salju, musim, gugur dan musi semi, sudah tidak lagi selaras seperti dulu. Kini, hujan bisa turun di kala kemarau, begitu pula sebaliknya. Perubahan musim juga membuat banyak umat manusia yang terancam berbagai bencana dan petaka yang muncul karena ulah manusia, yang berwujud predator-predator bumi.
Sungguh, saat ini kita berada dalam bahaya ekologi, bila kita tidak mengurus bumi ini dengan bijak. Selayaknya kita sebagai manusia kembali ke fitrah, sebagai khalifah yang bijak yang bisa amanah sebagaimana Allah telah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk menjadi makhluk sempurna yang mampu dan mau menjaga kelangsungan hidup di muka bumi ini. Selayaknya manusia sadar bahwa bumi bukanlah milik manusia satu generasi saja, tetapi untuk generasi-generasi manusia di masa depan. Mari kita selamatkan bumi dengan cara kita, Mulai dari diri sendiri, keluarga dan semua orang. Baik laki-laki, maupun perempuan, anak-anak, maupun dewasa, semua harus menjaga dan melindungi bumi. Sehingga kita tidak disebut sebagai predator-predator bumi.