Oleh: Rukaiyah AB
Anggota Kelompok Perempuan Usaha kecil (KPUK) Anggrek
Desa Monjambee, Lipah Rayeuk Bireun
Sudah lama aku merindukan, berharap serta penuh rasa ingin untuk menulis. Bila saja perempuan Aceh diberi kesempatan untuk bisa menulis sampai bisa di muat di suatu media massa, alangkah bahagianya. Selama ini, cerita tentang perempuan Aceh banyak ditulis oleh orang lain. Padahal kita sendiri seharusnya bisa menceritakannya dalam bentuk tulisan. Kita bisa menceritakan tentang cerita kita, tentang daerah Aceh sendiri. Sayangnya jarang sekali perempuan Aceh yang menulis selama ini. Seakan menjadi alasan kenapa perempuan Aceh tidak pernah terpahami untuk belajar menulis agar bisa menulis. Anehkan kalau selama ratusan tahun hanya ditulis oleh orang lain? Padahal semua itu cerita tentang diri kita.
Nah, kerinduan itu kini sedikit demi sedikit mulai terobati. Bahkan keinginan untuk menulis kini sudah dapat diwujudkan. Setelah mendapatkan bimbingan menulis dari Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, dengan mengikuti latihan menulis kreatif di WTC – CCDE, banyak perempuan Aceh yang sudah menulis. Tulisan mereka bukan saja menjadi dokumen pribadi, tetapi diterbitkan di media. Hadirnya majalah POTRET sebagai majalah perempuan Aceh, maka yang ku rindukan sejak lama sudah datang di hadapanku. Terus terang aku merasa sangat bangga dengan adanya majalah POTRET yang terus memberikan peluang besar bagi ku dan para perempuan untuk melatih kemampuan menulis di majalah POTRET. Sudah beberapa tulisan ku dimuat di majalah ini. Aku pun mendapatkan banyak manfaat dari menulis tersebut.
Terus terang, aku bangga pada POTRET karena di dalamnya tersurat tulisan-tulisan perempuan Aceh, termasuk tulisan ku sendiri. Kebanggaan lain adalah karena sejak dulu perempuan Aceh jarang menulis dan bahkan tidak pernah bisa menulis, kini sudah memperlihatkan kemampuan mereka. Kemapuan perempuan Aceh selalu terpuruk tertinggal jauh di belakang, karena ruang lingkupnya hanya di dapur, di sumur dan kasur, membuat perempuan tidak bersuara.
Paling tidak, sekarang sudah banyak perempuan Aceh yang menyuarakan tentang kehidupan perempuan lewat majalah POTRET setiap bulannya. Selayaknya kita bersyukur, karena perempuan-perempuan Aceh sudah mulai maju tidak lagi tertinggal di belakang. Itu semua kita tahu dari semua ungkapan di tulisan yang ada di majalah POTRET. Ini menjadi hal yang sangat membanggakan dengan kehadiran POTRET sekarang ini di hadapan perempuan.
Secara pribadi, aku dan perempuan lain selalu rajin menulis, tak pernah menyerah karena memang itu yang kurindukan sejak dulu. Berbagai alasan yang membelenggu perempuan seperti tidak ada waktu untuk menulis, sibuk dan sebagainya mulai hilang. Aku tetap menulis, kadang di malam hari. Aku sering berpikir untuk menulis dan membaca. Minat baca dan menulis ku terus meningkat. Apalagi sekarang sudah ada media yang mau menampung tulisan-tulisan perempuan Aceh. Sebagai wujud kebanggaan ku, sekali –kali aku juga sering marayu teman-teman untuk menulis walau jarang yang mau, tapi tetap aku merayu.
Dulu, ketika pertama sekali mendengar majalah POTRET dari teman-teman, muncul keinginan ku untuk mendapatkannya. Ku cari tahu bagaimana caranya. Ternyata awalnya harus masuk anggota kelompok dampingan CCDE dahulu. Baru aku mendapatkannya, karena majalah itu awalnya hanya untuk kalangan perempuan yang menjadi dampingan CCDE. Mendapatkan informasi itu, aku langsung masuk anggota dan ikut berteman, berkumpul dan mengadakan pertemuan yang diadakan di desa kami. Pertama kali aku sangat berkesan mendengar saran-saran dan semakin tambah menarik karena mendapat kesempatan ikut pelatihan ke Banda Aceh untuk banyak jenis pelatihan. Pelatihan pertama yang ku ikuti, bukan pelatihan menulis, tapi membuka usaha membuat produk dan pemasaran. Pasti tidak rugi juga aku mengikutinya, dari tidak ada usaha saya sudah bisa berusaha walau jadi tukang angsuran (kredit) hasilnya lumayan juga. Aku bersyukur sudah bisa membuka usaha, tidak lagi bergantung pada tangan bergantung pada kantong suami tiap hari.
Aku bersyukur, karena dari tidak bisa menjaid bisa. Aku sangat tertarik dengan pelatihan menulis yang difasilitasi oleh mas Ruli dari Jakarta dan pak Tabrani Yunis sendiri. Tak terasa dalam tiga hari, banyak menghasilkan tulisan, sehinggan teman-teman sepelatihan sangat terarik dengan tulisan ku. Bukan hanya teman-teman, tetapi juga fasilitator, Mas Ruli pernah menulis tentang aku. Tulisan yang dimuat di majalah POTRET itu berjudul “dari gemari buk Rukayyah?” Di majalah POTRET yang sama pada pelatihan pertama tulisan ku juga dimuat dengan judul “Perempuan di media massa”.
Terus terang bahwa ketika pertama sekali ku melihat, membaca tulisan ku yang dimuat, aku merasa sangat senang, bangga juga terharu apalagi membaca tulisan mas Ruli tentang aku. Sungguh sangat terharu, hingga mulai saat itu aku sudah sering menulis. Aku sangat suka menulis, apalagi buat kerinduan yang dulu ku rindukan sudah hadir di tiap bulan di hadapan kita bersama POTRET.
Aku pantas berbangga . Sekarang dengan buah kerinduanku itu bukan hanya ada di kampoung ku atau di Indonesia saja. Tulisan ku di POTRET rupanya ada hingga ke Belanda yang tersimpan di KITLV Leiden, pustaka terkenal dan lengkap di Eropa, begitu kata pak Reza Indria dalam suratnya. Semakin bangga lagi dengan POTRET sekarang, karena tambah bagus praktis, sarat dengan perenungan perempuan Aceh dan sesuai dengan kenyataan hidup. Bisa dikatakan semua tulisan yang ada di POTRET adalah hasil pengalaman perempuan Aceh yang penuh aspirasi. Semoga semakin banyak orang yang bisa memetik manfaat sebanyak-banyaknya dari majalah POTRET dan juga dalam pelatihannya.
Selain kebanggan akan menulis, pelatihan yang diselenggarakan oleh CCDE asyik sekali. Terus terang aku mendapatkan inspirasi baru dalam peltihan itu. Acaranya juga sangat terbuka yang biasa sulit didapatkan sehari-hari. Benar-benar terasa saling membantu untuk kebaikan setiap orang. di dalamnya juga mengajarkan cara meraih kekayaan hati dan pikiran. Aku yakin bahwa majalah POTRET sangat bermanfaat, bagi siapa yang memerlukan.
Pengalaman ideal karena di dalamnya banyak tulisan-tulisan yang ringan dan mudah dimengerti oleh pikiran dan hati nurani kita. Ibarat vitamin yang menambah semangat membuka pikiran-pikiran dan hari untuk bersyukur atas kehidupan yang telah kita lalui tanpa banyak harus mengeluh dan tidak selalu berputus asa. Banyak sekali terdapat pengalaman di dalam majalah POTRET. Apalagi ada saran untuk berbisnis, menjauhi narkoba, kesehatan reproduksi, pengalaman tentang penyakit sexual, HIV-AIDS yang mematikan. Dengan adanya membaca kita baru tau apa semua itu, dan banyak lagi pengalaman lainnya, semoga majalah POTRET juga bermanfaat bagi pembaca-pembaca yang lain. Aku sangat salut dengan POTRET. Sekarang di dalamnnya tulisan-tulisan tersebut ada pengalaman-pengalaman tentang kepemimpinan perempuan. Dulu aku sempat heran, karena di majalah POTRET aku membaca ada keuchik perempuan yang memimpin satu desa, sekarang ada camat perempuan di Peulimbang. Memang tidak heran lagi di zaman sekarang perempuan sudah maju sampai bisa jadi pemimpin, semoga kita perempuan-perempuan lain bisa meniru (mencontoh) pemimpin-pemimpin perempuan yang sudah ada. Amin.