Oleh Tabrani Yunis
Awas POTRET, Jangan (hanya) dibaca. Itulah tulisan yang tertera di bagian belakang mobil atau armada majalah POTRET, yang sering lalu lalang di jalan raya. Banyak mata tertuju ke tulisan itu. Banyak pula yang bertanya, apa maksudnya? Mengapa tidak boleh dibaca? Padahal, setiap orang yang melihatnya pasti membaca tulisan itu. Maka dapat dipastikan ungkapan itu tampaknya banyak melekat di benak orang, juga membuat banyak orang ingin tahu, sembari bertanya-tanya sendiri. Wajar saja, kalau banyak orang mengingat POTRET, karena kalimat “ Awas POTRET” Jangan (hanya) dibaca tersebut, selain POTRET memang satu-satunya majalah perempuan yang terbit di Aceh dan beredar hingga nasional. Itulah pula kesan orang terhadap majalah POTRET selama ini. Kami sangat bersyukur karena banyak orang yang mengingat majalah POTRET yang alhamdulilah, pada tanggal 11 Januari 2016, berulang tahun yang 13. Berarti kini masuk ke tahun ke 14. Ibarat anak manusia, usia 13 menuju 14 tahun adalah usia anak yang mulai baliq. Untuk usia seorang anak, tentu saja masih di bawah umur. Masih belum dewasa. Namun, bagi sebuah media, usia ini termasuk umur yang panjang. Fakta banyak yang membuktikan , terutama di Aceh, sebuah majalah itu hanya terbit beberapa kali, lalu mati. Sementara POTRET hingga hari ini masih menginspirasi pembaca.
Alhamdulilah majalah POTRET tidak demikian, karena komitmen, ketekunan, dipertebal sikap konsisten dan semangat kerja keras, majalah ini kini genab 13 tahun melaju masuk ke tahun 14. Selayaknya, di usia baliq ini, semua yang terlibat dalam membidani terbitnya majalah POTRET 13 tahun lalu dan yang kemudian ikut berkontribusi, sejenak melakukan kontemplasi, melakukan refleksi, mengevaluasi serta mencoba menatap ke masa depan akan eksistensi majalah POTRET kini dan esok.
Melihat ke masa lalu, masa-masa media cetak masih menjadi andalan, mungkin, bisa jadi kami gede rasa, merasa bahwa majalah POTRET itu sangat penting dan perlu hadir sebagai media alternative. Media yang dapat membantu memotivasi, mengajak dan bahkan menyediakan ruang ekspresi bagi kaum perempuan, para siswa, guru dan siapa saja. Apa yang dilakukan oleh majalah Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh dengan majalah POTRET sejak terbit adalah memberdayakan, mencerdaskan perempuan lewat pelatihan dan pemuatan tulisan para perempuan di majalah POTRET. Namun di eara digital ini, apakah masih dibutuhkan?
Ya, kehadiran majalah POTRET dari awala dilandasi oleh sebuah mimpi besar. Mimpi membangun gerakan menulis di kalangan perempuan, mulai dari Aceh hingga ke seluruh pelosok nusantara. Sebuah mimpi yang mungkin terlalu besar dan sulit terjangkau. Mana mungkin bisa membangun budaya menulis di kalangan perempuan, bila kapasitas menulis kaum perempuan tidak dibangun. Mungkin demikian. Apalagi kalau potensi dan kekuatan untuk membangun budaya menulis itu tidak ada atau sangat kurang. Impian itu pasti sulit tercapai. Namun, sekali lagi, anugerah Allah diberikan kepada kami berupa sikap peduli (care), kemauan (willingness) untuk berbuat, kapasitas pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman yang didukung oleh komitmen dan sikap konsisten, impian itu terlaksana. Walau, mungkin capaian targetnya masih jauh dari harapan. Yang penting, ketika impian besar itu dibuat, lalu diikuti dengan upaya untuk mewujudkannya, selangkah, dua atau tiga langkah sudah terlaksana. Kontribusi itu sudah jelas ada, walau kecil. Bagi kami, takda bulat, lakukanlah kebaikan itu, walau sekecil apapun, sejauh membawa manfaat. Majalah POTRET telah memberikan pelajaran berarti bagi kami dan juga kaum perempuan di Aceh khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Sebagai media yang terbit di daerah yang kering budaya baca, banyak sekali batu sandungan yang menghambat. Beberapa bongkahan batu yang menghambat itu salah satunya adalah rendahnya kemampuan POTRET untuk membuat POTRET tampil elegan. Namun persoalan minat baca juga tak dapat dikalahkan. Daya beli, serta minimnya perhatian penguasa negeri, telah terbukti sejumlah media di Aceh mati dan bahkan ada yang diamtikan dengan alasan-alasan tertentu. Namun majalah ini tetap tumbuh dan bergerak. Terus dan terus belajar hidup, walau terseok-seok, merayap, merangkak dalam kepayahan untuk membangun gerakan menulis di kalangan perempuan, namun niat yang berawal dari membangun kapasitas kaum perempuan akar rumput di 6 kabupaten di Aceh ini, kini sudah berjalan selama 13 tahun. Dalam perjalanan usia yang terus bertambah, majalah POTRET terus ber-metamorphosis bersama perempuan, kemudian menukik ke bawah, kepada para pelajar, guru dan masyarakat umum. Paling tidak, kini majalah POTRET sudah menjadi media edukasi, berkreasi dan berinnovasi bagi pelajar di tingkat SMP, SMA, mahasiswa serta masyarakat umum. Jangkauannya pun meluas ke luar Aceh dan bahkan manca negara. Buktinya, contributor majalah ini sampai luar negeri.
Kiranya, ketika usia majalah POTRET sudah melewati angka 13 tahun ini, menjadi momentum dan tolok ukur bagi majalah POTRET untuk memotret diri. Dalam kondisi yang serba sulit, selayaknya kembali menimang dan menimbang, apakah masih layak untuk terus terbit, atau harus mati? Tantangan dan ancaman di depan mata sangat besar, ya tantangan global, era digitalisasi yang telah banyak mematikan media cetak. Selama ini, bagi POTRET sesungguhnya bila ingin mengejar keuntungan finansial, sebagai sektor bisnis yang menguntungkan, jelas selama ini belum memberikan keuntungan finansial, karena memang orientasinya tidak bisnis murni, ditambah lagi sulitnya mendapat dukungan iklan, sehingga secara finansial POTRET sedang dalam keadaan yang sulit.
Namun, karena idealisme. Ya cita-cita atau mimpi yang kuat untuk membangun gerakan menulis di kalangan perempuan di Aceh masih belum tercapai, dalam kondisi apapun POTRET diupayakan tetap terbit, walau tidak ideal, tidak tepat waktu. Tidak ada niat kami untuk berhenti menerbitkan majalah POTRET. Kecuali ketika masyarakata, sudah benar-benar tidak membutuhkan literasi, tidak punya kepentingan dengan kebutuhan membaca dan menulis.
Cogito ergo sum, meminjam istilah seorang filsuf ternama dari Perancis, Descartes, Aku berfikir, maka aku ada, juga menjadi motivasi untuk berbuat kebaikan untuk semua orang lewat POTRET. Karena dalam kenyataannya, apa yang kami lakukan saat ini, bukan hanya mengajak orang, mengajak perempuan atau mengajak siapa saja untuk menulis, sementara media untuk menulis tidak ada. Kami bukan hanya mengajak, tetapi secara sungguh-sungguh menyediakan media untuk menulis, berkreasi dan berekspresi. Bukan hanya cetak, kami juga menyediakan media online, yakni www.potretonline.com. Bahkan, walau sangat berat, kami juga sangat menghargai karya atau sumbangan para contributor dengan apresiasi yang ada pada kami. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu. Doakan POTRET tetap bisa menjadi teman setia di tahun 2016 dan seterusnya. Ingat POTRET, Ingat “ Awas POTRET” jangan (hanya) dibaca. Dirgahayu POTRET, Dirgahayu untuk semua.
Selamat menempati rumah baru